Rabu, 15 Mei 2013

Tanya Jawab Agama tentang Puasa Rajab


Oleh : Syekh Haji Hasanoel Bashry HG (Abu MUDI ). ***
Beberapa hari yang lalu ada permintaan via BBM untuk menanggapi sebuah pernyataan tentang puasa Rajab. Alhamdulillah dengan izin Allah kami telah merampungkan sedikit tanggapan dan penjelasan tentang puasa bulan Rajab yang saat ini ramai dituduh oleh sebagian kalangan sebagai amalan bid`ah. Demi manfaat yang lebih besar maka tulisan tersebut kami jawab via FB.

Sebelumnya kami tuliskan dahulu tanggapan pihak yang menolak puasa Rajab yang dikirimkan kepada kami via BBM:


FAIDAH HADITS (13) PERINGATAN DARI HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN BULAN RAJAB & LARANGAN KERAS MENYEBARKANNYA

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

"Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, maka siapkan tempat duduknya di neraka." [Muttafaqun'alaih dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu]

Beliau shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ

“Barangsiapa menyampaikan hadits atas namaku padahal dia menyangka itu adalah dusta maka dia termasuk salah satu pendusta.” [HR. Muslim dari Al-Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu’anhu]

• Hadits pertama menjelaskan haramnya menyampaikan hadits lemah & palsu dengan sengaja, walau tujuannya baik.
• Hadits kedua menjelaskan haramnya menyampaikan hadits yang belum dipastikan apakah benar ucapan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam atau bukan, siapa yang menyampaikannya maka ia seorang pendusta.
• Semua hadits tentang keutamaan bulan Rajab secara khusus, sholat khusus & puasa khusus padanya adalah palsu.
Keterangan ulama-ulama besar ahli hadits:
• Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Adapun puasa Rajab secara khusus, maka seluruh haditsnya lemah, bahkan palsu, tidak ada seorang ahli ilmu pun yang berpegang dengannya & tidak termasuk kategori lemah yang boleh diriwayatkan dalam fadhail (keutamaan amal), bahkan seluruhnya hadits palsu yang dusta.” [Majmu’ Al-Fatawa, 25/290]
• Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan semua hadits tentang puasa Rajab & shalat pada sebagian malamnya adalah dusta yang diada-adakan.” [Al-Manaarul Muniif, 96]
• Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Tidak ada satu hadits shahih pun yang berbicara tentang keutamaan bulan Rajab, tidak pula puasanya, tidak pula puasa khusus di hari tertentu dan tidak pula sholat malam di malam yang khusus.” [Tabyinul ‘Ujab, 11]
Rajab saputra:
Salam abu                                                                                                           
Mnyoe na kesempatan abu
Tulong abu tinjau tentang kebenaran broadcast nyoe abu

JAWABAN KAMI.
Sedikit tanggapan tentang kesimpulan yang diambil dari hadits kedua :

Hadits kedua menjelaskan haramnya menyampaikan hadits yang belum dipastikan apakah benar ucapan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam atau bukan, siapa yang menyampaikannya maka ia seorang pendusta.

Pemahaman yang benar adalah : hadist yang di yakini atau kuat sangkaan bahwa hadist tersebut hadist palsu, bukan hadist yang belum di pastikan apakah benar ucapan Rasulullah atau bukan, karena hadits yang benar dipastikan sebagai ucapan Rasulullah (diyakini) hanyalah hadist yang mencapai tingkatan mutawatir sedangkan hadist ahad walaupun shahih tetapi tetap tidak menghasilkan ilmu yakin (ilmu yang qathy`). Maka ketika ulama hadits mengatakan bahwa satu hadist shahih atau dhaif itu adalah berdasarkan yang dhahir bagi mereka bukan memastikan dan meyakinkan bahwa hadist tersebut shahih atau dhaif.(lihat Syarah Zarqany `ala Baiquny hal 24 Cet. Haramain).

Menanggapi hadits tersebut Imam Nawawi dalam syarah Muslim mengatakan:

ومعناه وهو يعلم ويجوز أن يكون بمعنى يظن أيضا فقد حكى رأى بمعنى ظن وقيد بذلك لانه لا يأثم الا بروايته ما يعلمه أو يظنه كذبا أما ما لا يعلمه ولا يظنه فلا اثم عليه في روايته وان ظنه غيره كذبا أو علمه
Makna hadits tersebut “dan ia meyakininya (bahwa hadist tersebut adalah hadist dusta)” dan boleh juga diartikan dengan yadhunnu (kuat dugaan) karena sungguh di hikayahkan bahwa   راى  dengan makna  ظن  . di kaitkan dengan demikian karena tidak berdosa kecuali meriwayatkan hadist yang telah diyakini dan kuat dugaan sebagai hadist palsu. Adapun hadist yang tidak ia yakini dan tidak ada dugaan yang kuat bahwa ia palsu maka tidaklah ia berdosa dalam meriwayatkannya walaupun di yakini dan di duga oleh orang lain sebagai hadits palsu. (Imam Nawawi, Syarah Muslim jilid 1 hal 99 Cet. Dar Hadist  thn 2001 )

Puasa Bulan Rajab
Sebelumnya perlu diketahui bahwa puasa sunat dapat dilaksanakan kapan saja kecuali dalam waktu-waktu yang diharamkan untuk berpuasa seperti hari raya dan hari tasyriq.

Imam Nawawi mengatakan dalam syarah Muslim:
في هذه الاحاديث أنه يستحب أن لا يخلى شهرا من صيام وفيها أن صوم النفل غير مختص بزمان معين بل كل السنة صالحة له الا رمضان والعيد والتشريق
Dari semua hadits-hadits ini dipahami bahwa disunatkan untuk tidak mengosongkan satu bulan pun dari puasa dan juga dipahami bahwa puasa sunat tidak terkhusus dengan satu waktu tertentu bahkan puasa seluruh setahun patut untuk puasa sunat kecuali bulan Ramadhan, hari raya dan hari tasyriq. (lihat Imam Nawawi, Syarah Muslim jilid 4 hal 295 Kairo, Dar Hadits th1994)

Berkenaan dengan beberapa hadits bulan Rajab, Imam As-Sayuthy pernah di tanyakan sebagaimana tersebut dalam kitab beliau Hawi lil Fatawy :

مسألة : …في في حديث أنس قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( إن في الجنة نهراً يقال له رجب ماؤه أبيض من اللبن وأحلى من العسل من صام يوماً من رجب سقاه الله من ذلك النهر ) ...وحديث ابن عباس قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( من صام من رجب يوما كان كصيام شهر ، ومن صام منه سبعة أيام غلقت عنه أبواب الجحيم السبعة ، ومن صام منه ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية ومن صام منه عشرة أيام بدلت سيئاته حسنات ) هل هذه الأحاديث موضوعة … ؟
الجواب : ليست هذه الأحاديث بموضوعة بل هي من قسم الضعيف الذي تجوز روايته في الفضائل أما الحديث الأول فأخرجه أبو الشيخ بن حيان في كتاب الصيام والأصبهاني وابن شاهين كلاهما في الترغيب والبيهقي وغيرهم قال الحافظ إبن حجر : وليس في اسناده من ينظر في حاله سوى منصور بن زائدة الأسدي …
وأما الحديث الثالث فأخرجه البيهقي في فضائل الأوقات وغيره وله طرق وشواهد ضعيفة لا تثبت إلا أنه يرتقي عن كونه موضوعاً

Masalah:
Tentang hadits riwayat Anas Rasulullah berkata: “sesungguhnya di dalam surga ada sebuah sungai yang disebut dengan Rajab, airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Barangsiapa yang berpausa pada bulan Rajab niscaya Allah akan memberinya minum dari sungai tersebut…
Dan hadist Ibnu Abbas, Rasulullah berkata : “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Rajab sehari niscaya seperti puasa sebulan. Barangsiapa yang berpuasa tujuh dari di bulan Rajab niscaya di kuncikan baginya tujuh pintu neraka Jahim. Barangsiapa berpuasa selama delapan hari niscaya dibukakan baginya delapan pintu surga. Barangsiapa berpuasa dalam bulan Rajab selama sepuluh hari niscaya digantikan keburukannya dengan kebaikan.
Apakah semua hadist ini maudhu`…?

Jawab:
Hadits-hadits inibukanlah hadist maudhu` tetapi merupakan bahagian dari hadist dhaif yang boleh diriwayatkan pada fadhail a`mal (keutamaan beramal).
Hadist pertama di riwayatkan oleh Abu Syeikh bin Hayyan dalam kitab ash-Shiyam dan diriwayatkan oleh al-Ashbihany dan Ibnu Syahin dalam kitab Targhib dan juga diriwayatkan oleh Imam Baihaqy dan lainya. Imam Ibnu Hajar al-Asqalany berkata tidak ada pada sanadnya perawi yang perlu ditinjau keadaannya selain Manshur bin Zaidah al-Asady.
Adapun hadits yang ketiga maka diriwayatkan oleh Imam Baihaqy dalam kitab Fadhail Auqat dan kitab yang lain. Hadits ini juga memiliki thariq dan syahid (pendukung) yang dhaif yang tidak stubut tetapi jauh dari keadaanya sebagai hadits maudhu` (hadits palsu). (Imam as-Sayuthy, Hawi lil Fatawy jilid 1 hal 339 Beirut, Dar Kutub Ilmiyah th 2000)

Pertanyaan serupa dengan jawaban serupa juga pernah ditanyakan kepada Imam Ibnu Hajar sebagaimana dituliskan dalam kitab Fatawa Kubra Fiqhiyyah jilid 3 hal 86 Cet. Dar Fikr

Imam Baihaqy dalam kitab Fadhail al-Auqat beliau menerangkan beberapa hadits tentang kelebihan bulan Rajab pada bab Fi Fadh Syahr Rajab hal 19 Cet. Dar Kutub Ilmiyah dan juga dalam kitab Syu`ab al-Iman pada Fash Takhsish Syahr Rajab bi zikr)

Dalam satu hadits shahih riwayat Imam Muslim:
حدثنا أبو بكر بن أبى شيبة حدثنا عبد الله بن نمير ح وحدثنا ابن نمير حدثنا أبى حدثنا عثمان بن حكيم الأنصارى قال سألت سعيد بن جبير عن صوم رجب - ونحن يومئذ فى رجب - فقال سمعت ابن عباس - رضى الله عنهما - يقول كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم.

Telah menceritakan kepada kami Abubakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair (dalam riwayat lain), telah menceritakan kepada kami oleh Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Utsman bin Hakim al-Anshari ia berkata, saya bertanya kepada Sa’id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Maka ia pun menjawab, saya telah mendengar Ibnu Abbas Ra. Berkata: “Dulu Rasulullah Saw. pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa.” (H.R. Imam Muslim)
Hadits ini juga diriwayatkan dari thariq yang lain (lihat Shahih Muslim bab Shiyam Nabi fi Ghair Ramadhan)

Imam Nawawi menerangkan dalam kitab Syarah Shahih Muslim :

قوله ( سألت سعيد بن جبير عن صوم رجب فقال سمعت بن عباس يقول كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم ) الظاهر أن مراد سعيد بن جبير بهذا الاستدلال أنه لا نهى عنه ولا ندب فيه لعينه بل له حكم باقي الشهور ولم يثبت في صوم رجب نهى ولا ندب لعينه ولكن أصل الصوم مندوب إليه وفي سنن أبي داود أن رسول الله صلى الله عليه و سلم ندب إلى الصوم من الأشهر الحرم ورجب أحدها والله أعلم

Yang dhahir bahwa maksud sa`id bin jibrin dengan istidlal ini adalah tidak ada larangan tentang puasa Rajab dan tidak ada perintah sunat bagi khusus puasa Rajab tetapi berlaku hukum puasa bulan yang lain dan tidak ada larangan tentang puasa Rajab dan tidak pula perintah sunat secara khusus tetapi asal hukum puasa adalah sunat. Dalam Sunan Abi Daud “Bahwa Rasulullah memerintahkan puasa pada bulan-bulan haram sedangkan bulan Rajab termasuk salah satu bulan haram. (lihat Imam Nawawi, Syarah Muslim jilid 4 hal 295 Kairo, Dar Hadits th1994)

Imam as-Sayuthy dalam Syarah Shahih Muslim setelah mengutip perkataan Imam Nawawi ketika mengomentari hadits sa`id bin jibrin tersebut menuliskan:
قلت وروى البيهقي في شعب الإيمان عن أبي قلابة قال في الجنة قصر لصوام رجب وقال هذا أصح ما ورد في صوم رجب قال وابو قلابة من التابعين ومثله لا يقول ذلك إلا عن بلاغ ممن فوقه عمن يأتيه الوحي

Saya berkata: dan diriwayatkan oleh Imam Baihaqy dalam kitab Syu`ab al-Iman dari Abi Qalabah beliau berkata “dalam surga ada sebuah istana yang disediakan bagi orang berpuasa Rajab. Beliau berkata: Abi Qalabah adalah seorang tabi`in. Orang seperti beliau tidak akan mengatakan hal demikian kecuali diambil dari seseorang di atas beliau yang mengambilnya dari orang yang diberi wahyu (Rasulullah SAW) (lihat Imam Sayuthy Syarah Muslim jilid 3 hal 238, Saudi Arabia, Dar Ibn Affan th 1996)

Dari uraian Imam as-Sayuthy tersebut dapat dipahami bahwa diantara semua hadits tentang kelebihan Rajab secara khusus yang paling shahih hanyalah hadits riwayat Imam Baihaqy tersebut. Walaupun hadits tersebut adalah hadits mauquf kepada Abi Qulabah namun beliau adalah seorang tabi`in. Para tabi`in merupakan generasi yang penuh barakah sebagaimana Rasulullah sebutkan sendiri dalam sebuah hadits. Mereka tidak akan meriwayatkan sebuah hadits kecuali pernah mendengarnya dari orang-orang yang terpercaya yang mengambilnya dari Rasulullah.
Imam Ibnu Hajara al-Haitamy pernah ditanyakan tentang seorang faqih yang memfatwakan dan melarang manusia untuk berpuasa Rajab dan mengatakan bahwa semua hadits tentang puasa Rajab adalah hadits maudhu`.

Imam Ibnu Hajar menjawabnya dengan uraian yang panjang yang ditulis dalam kitab Fatawa Kubra Fiqhiyyah jilid 3 hal 53 Cet. Dar Fikr.
kesimpulan dari jawaban Ibnu Hajar adalah:
  1. Perbuatan faqih tersebut melarang manusia untuk berpuasa Rajab merupakan kebodohannya dan berbicara dengan sembarangan dalam syariat serta wajib terhadap penguasa untuk mencegahnya dan bahkan menghukumnya (ta`zir) sehingga ia meninggalkan perbuatannya melarang manusia untuk berpuasa di bulan Rajab.
  2. Berdasarkan dari hadits-hadits Rasulullah, puasa Rajab juga disunatkan karena bulan Rajab termasuk dalam bulan yang diperintahkan untuk berpuasa secara umum dan juga termasuk dalam bulan haram yang diperintah untuk berpuasa sebagaimana disebutkan dalam hadist.
  3. banyak juga hadits yang menerangkan kelebihan puasa Rajab secara khusus seeprti yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqy (dalam kitab Fadhail Auqat dan Syu`ab al-Iman) walaupun hadits tersebut dhaif namun para ulama ijmak bahwasanya hadits dhaif boleh diamalkan pada fadhail a`mal dan puasa Rajab termasuk dalam fadhail a`mal.
  4. Imam Ibnu Hajar al-Haitamy mengakui benar bahwa banyak juga hadits maudhu` yang diriwayatkan tentang kelebihan puasa Rajab, namun para ulama dalam mengatakan sunat berpuasa Rajab bukan beradasarkan hadits tersebut namun berdasarkan hadist sunat berpuasa dalam setiap bulan dan dalam bulan haram dan hadits-hadits dhaif yang masih bisa diamalkan.
  5. Tidak ada orang yang mengingkari kebolehan beramal dengan hadits dhaif pada fadhail a`mal kecuali orang yang jahil dan maghrur (tertipu).
Dalam fatwa tersebut Imam Ibnu Hajar juga mengutip fatwa Imam `Izzuddin bin Abdissalam yang ditanyakan tentang sebagian ahli hadits yang melarang munusia berpuasa pada bulan Rajab dan membesarkan bulan Rajab. Imam Izzuddin menjawab bahwa orang yang melarang puasa Rajab dalah orang yang jahil dengan hukum syara`.

Imam Mawardi dalam kitab beliau Hawy Kabir jilid 3 hal 474 Cet. Dar Kutub Ilmiyah thn 1999:
فصل : ومن ذلك شهر رجب فضل الصيام فيه ، روي عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه سئل : أي الصوم أفضل بعد شهر رمضان ؟ فقال : " شهر الله الأصم " وروي الأصب . قال أبو عبيد : يعني رجبا ؛ لأن الله تعالى يصب فيه الرحمة صبا ، وسمي أصم ؛ لأن الله تعالى حرم فيه القتال ، فلا يسمع فيه سفك دم ، ولا حركة سلاح وروى عكرمة عن ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " صيام أول يوم من رجب كفارة ثلاث سنين ، وصيام اليوم الثاني كفارة سنتين ، وصيام اليوم الثالث كفارة سنة ثم كل يوم كفارة شهر " .

Fashl; sebagian dari demikian (kelebihan puasa dalam bulan selain Ramadhan) adalah bulan Rajab. Kelebihan puasa dalam bulan Rajab diriwayatkan dari Rasulullah bahwasanya beliau ditanyakan : “apa puasa yang lebih afdhal setelah Ramadhan ? beliau menjawab “bulan Allah Asham. Dalam riwayat yang lain al-Ashab. Abu `Ubaid berkata “maksudnya bulan Rajab”. Karena Allah ta`ala menuangkan rahmat pada bulan Rajab. Dan dinamakan dengan bulan Asham karena Allah ta`ala mengharamkan berperang pada bulan tersebut maka tidak terdengar adanya pertumpahan darah dan gerakan senjata pada bulan tersebut. Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah berkata “puasa awal dari bulan Rajab menghapuskan dosa tiga tahun dan puasa hari kedua menghapuskan dosa dua tahun dan puasa hari ketiga menghapuskan dosa setahun dan puasa tiap hari menghapuskan dosa sebulan.

Khusus tentang kelebihan awal malam bulan Rajab Imam Syafii meriwayatkan :
وبلغنا أنه كان يقال إن الدعاء يستجاب في خمس ليال في ليلة الجمعة وليلة الأضحى وليلة الفطر وأول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان
Telah sampai riwayat kepada kami bahwa dikatakan do`a dikabulkan pada lima malam; pada malam jum`at, malam hari raya Adha, malam hari raya fihtri, awal malam bulan Rajab dan malam nisfu Sya`ban (Imam Syafii, al-Umm jilid 1 hal 254 Cet. Dar Fikr th 2009)

Dari uraian panjang diatas dapatlah kita simpulkan:
  1. Tidak ada satu dalilpun yang melarang untuk berpuasa sunat pada bulan Rajab.
  2. Ada beberapa hadist yang menerangkan kelebihan puasa sunat di bulan Rajab, namun umumnya hadits hadif namun masih boleh diriwayatkan serta diamalkan pada fadhail a`mal (keutamaan beramal)
  3. Kesunnahan puasa dibulan Rajab juga masuk dalam sunat berpuasa dalam setiap bulan dan juga sunat berpuasa pada bulan haram
  4. Orang yang melarang manusia untuk berpuasa di bulan Rajab adalah orang yang jahil dan tertipu dalam agama.
Wallhu A`lam bish shawab.
Samalanga, LPI MUDI MESRA
03 Rajab 1434 H/13 Mei 2013

*** Penulis Adalah Pimpinan Dayah Ma'hadl Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga

0 komentar:

Posting Komentar